Kamis, 16 Juli 2009

Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita, karena dalam waktu panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi. Ada 3 aspek yang menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan pada manusia yaitu:

daur ulang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampah, seringkali dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu, baik pandangan hingga kesehatan. Ada berbagai macam sampah yang antara lain berupa limbah padat maupun limbah cair.

Apa yang dapat kita lakukan? Pertanyaan sederhana, namun memiliki jawaban yang sangat rumit, karena memiliki konsekuensi untuk merubah gaya hidup. Dari pola hidup boros sampah, menjadi gaya hidup ramah lingkungan. Untuk itu, langkah awal adalah mengenali berbagai jenis sampah di lingkungan kita.

Kemudian mengklasifikasinya, mana yang masih bisa dipakai mana yang sudah habis pakai dan mana yang masih bias diolah/didaur. Secara sederhana sampah dalam rumah dapat kita bagi menjadi 3 kategori, yakni sampah beracun, seperti batere bekas, bola lampu bekas dan barang barang yang mengandung zat kimia. Kemudian sampah padat yang tidak dapat diurai, seperti plastik, botol, kaleng, dsb. Dan terakhir barang-barang yang masih dapat diurai oleh tanah seperti sisa sayuran, daun-daun, dsb.

Gaya hidup ramah lingkungan dikenal pula dengan semboyan 3R : Reduce, Reuse & Recycle. Artinya mengurangi tingkat kebutuhan akan sampah, menggunakan kembali sampah-sampah yang telah ada dan mendaur ulang sampah- sampah yang telah terpakai. Salah satu sampah yang dapat didaur ulang adalah kertas. Kertas daur ulang ini memiliki tekstur yang indah. Dari kertas daur ulang kita dapat membuat beraneka ragam kerajinan tangan.

B. Tujuan

1. tujuan umum

Memanfaatkan sampah sebagai daur ulang sampah.

2. tujuan khusus

· Pembuatan daur ulang sampah

· Memanfaatkan sampah menjadi barang yang lebih berguna dan mempunyai nilai jual

·

C. MANFAAT

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara membuat daur ulang.

2. Dapat membiasakan diri memenfaatkan sampah yang ada di sekitar kita menjadi barang yang lebih.

BAB II

DASAR TEORI

  1. 3 R

1. Reuse

Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti contohnya memberikan baju-baju bekas anda ke yatim piatu. Tapi yang paling dekat adalah memberikan baju yang kekecilan pada adik atau saudara anda, selain itu baju-baju bayi yang hanya beberapa bulan dipakai masih bagus dan bisa diberikan pada saudara yang membutuhkan.

2. Reduce

Reduce berarti kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan. Reduce juga berarti mengurangi belanja barang-barang yang anda tidak “terlalu” butuhkan seperti baju baru, aksesoris tambahan atau apa pun yang intinya adalah pengurangan kebutuhan. Kurangi juga penggunaan kertas tissue dengan sapu tangan, kurangi penggunaan kertas di kantor dengan print preview sebelum mencetak agar tidak salah, baca koran online, dan lainnya. Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti contohnya memberikan baju-baju bekas anda ke yatim piatu. Tapi yang paling dekat adalah memberikan baju yang kekecilan pada adik atau saudara anda, selain itu baju-baju bayi yang hanya beberapa bulan dipakai masih bagus dan bisa diberikan pada saudara yang membutuhkan

3. Recycle

Recycle adalah mendaur ulang barang. Paling mudah adalah mendaur ulang sampah organik di rumah anda, menggunakan bekas botol plastik air minum atau apapun sebagai pot tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas untuk menjadi kertas kembali. Dikabarkan semboyan 3R ini sekarang menjadi 4R dengan ditambahkannya Repair, dengan maksud usaha perbaikan demi lingkungan. Contoh memperbaiki barang-barang yang rusak agar bisa kita gunakan kembali seperti sepatu jebol yang kita perbaiki karena dengan begitu kita tidak perlu membeli sepatu baru. Hal lain yang lebih besar adalah reboisasi atau perbaikan lahan kritis karena dengan ini kita bisa memiliki daerah resapan yang lebih besar dan menahan limpahan air yang bisa menyebabkan longsor. Penanaman bakau juga merupakan perbaikan lingkungan. Vulkanisir ban juga repair sehingga dapat kita reuse. Pada dasarnya inti dari semboyan ini adalah untuk mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam program pelestarian lingkungan, semboyan ini mengajak kita untuk melakukan mulai dari hal kecil yang dapat kta lakukan mulai dari skala perseorangan.

  1. 4R

1. Konsep 4-R

Konsep 4-R berasal dari sistem penanganan sampah yang diberikan pada table-1, yang merupakan penjabaran dari konsep clean production (Pamekas, 2003), terutama pada metoda pencegahan dan pengurangan (prevention dan minimisation).

Pengelolaan sampah menuju zero waste management menggunakan konsep 4-R dikembangkan atas dasar hirarki berikut (Pamekas, 2003):

a. R ke 1 (Replace) , proses ini bertujuan untuk mengurangi volume sampah dengan meminimalkan (minimasi) penggunaan barang-barang melalui cara menggantikan pemakaian barang-barang tertentu. Sebagai contoh penggunaan tissue diganti dengan saputangan, plastik pembungkus diganti dengan daun sehingga timbulan sampah dapat berkurang.

b. R ke 2 (Reduce), adalah konsep yang bertujuan untuk mengurangi volume sampah sebelum dan sesudah diproduksi dengan cara pencegahan produksi kemasan yang berlebihan atau dengan meningkatkan teknik pengisian ulang (refill).

c. R ke 3 (Recycle), prinsipnya adalah mendaur ulang sampah melalui proses fisik, kimiawi, dan biologi. Misalnya, pecahan gelas atau sampah yang berasal dari bahan kaca diproses kembali menjadi, gelas atau piring dll; atau pecahan plastik diproses menjadi ember, gayung dll.

d. R ke 4 (Re-use), prinsipnya memakai kembali sampah secara langsung tanpa proses mengolahnya terlebih dahulu, misalnya tong sampah menjadi pot kembang, dan botol plastik menjadi tempat bumbu, dll

BAB III

METODE PRAKTEK

A. Alat Dan Bahan

  1. Kertas Koran
  2. Gunting
  3. Lem putih
  4. Kardus bekas
  5. Cutter

B. Prodedur kerja

    1. Gunting Koran sesuai ukuran yamg di inginkan
    2. Linting/ gulung kertas Koran yang sudah di ukur hinga padat dan jumlahnya sesuai dengan keinginan
    3. Buat pola sebagai dasar dari tempat pensil di kardus bekas
    4. Setelah pola jadi kemudian bagian atasnya di lem
    5. Letakkan satu persatu gungungan kertas Koran yang sudah di gulung di atas pola dasar yang telah jadi.
    6. Rapikan gulungan korang yang melebihi dari pola dengan cara di gunting
    7. Sambil menunggu dasar tempet pensil kering kita buta buat dulu pola tempat pensilnya pada kestas yang keras,
    8. Setelah pola tempat pensil jadi tempelkan lagi gulungan Koran pada pola tempat pensil yang telah jadi dengan di lem
    9. Guntinglah gulungan Koran yang melebihi dari pola tempat pensil kemudian tunggulah hingga benar-benar kering
    10. Setelah kedua pola tersebut kering satukan kedunya dengan lem hingga membentuk tempat pensil sesuai dengan kreasi yang di inginkan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil

Kertas Koran sangat banyak di temukan di rumah rumah warga dan keberadaanya sering kali tidak banyak di pergunakan sehingga menjadi banyak, sebenerya kertas Koran dapat di daur maenjadi barang yang mempunyai nilai jual jang cukup tinggi yang di antarannya adalah menjadi tempat pensil ini dan prosesnyapun tidak banyak memakan waktu dan biaya yang di keluarkan cukup relative murah namun mempunyai nilai jual yang cukup tinggi.

  1. Pembahasan

Dalam pembuatan daur ulang kertas koran sangatlah bisa membantu mengurangi jumlah penimbulan sampah rumah tangga, pada proses pembuatan tempet pensil dari kertas koran di harapkan untuk kreatiffan masing masing individu.

BABV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menulis menyelesaikan pembahasan dalam laporan ini ini, kiranya dapat diambil kesimpulan klau perlunya pengelolaan sampah pada masyarakat, karena kija ada pengelolaan sampah pada masyarakat di harapkan jumlah timbulan sampah yang di hasihan masyarakat dapat di kurangi dengan cara pengkomposan dan dengan cara 3R

Serta kesadaran masyarakat sangatlah di perlukan dalam membantu mengelola sampah yang di hasilkan sehari-hari menjadi lebih berharga lagi,namun untuk mengubah kebiasaan masyarakat akan perlunya mengelola sampah sangatlh penting.

B. Saran

Dalam pembatan daur ulang kertas koran lebihlah kreatif karena ke kreatifan tersebut menambah nilai jual yang lebih tinggi

proposal penelitian tentang malaria oleh: amirul hasan

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat mempengaruhi angka kematian dan kesakitan bayi, anak balita dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktifrtas tenaga kerja. Lebih dari 15 (lima belas) juta penderita malaria klinis dengan 30.000 kematian yang dilaporkan melalui unit pelayanan kesehatan setiap tahun (Survey Nasional Kesehatan Rumah Tangga 1995). Umumnya penderita malaria ditemukan pada daerah-daerah terpencil dan sebagian besar penderitanya dari golongan ekonomi lemah. Kesehatan lingkungan mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan ekosistem dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan dengan mengendalikan faktor lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit malaria. Interaksi lingkungan dengan pembangunan saat ini maupun yang akan datang saling berpengaruh (Fathiet al., 2005).

MenurutArbani (1992) pemberantasan malaria di Indonesia hanya dikelompokkan menjadi dua strategi pembagian pengelompokan wilayah untuk Jawa -Bali dan luar Jawa-Bali secara umum. Mengingat spesies Anopheles yang berperan sebagai vector malaria di tiap daerah berbeda dengan bioekologi yang berbeda pula, semen tara Iingkungan geografi wilayah Indonesia sangat beragam, serta mempunyai ciri sosioanthrophologi budaya yang unik, maka untuk menentukan strategi pemberantasan malaria di daerah endemis harus mengacu kepada data tersebut. Dengan diketahllinya data tersebut diatas maka dapat dipahami epidemiologi penyakitnya, dengan demikian strategi pemberantasannya dapat ditentukan secara tepat sesuai dengan kondisi setempat.

Menurut drg.Agus susanto dalam bukunya yang berjudul “WASPADAI GIGITAN NYAMUK”masyarakat haruslah berpartisipasi aktif dalam memerangi p[enyakit malaria dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Sebagaimana kita telah ketahui, penyebar penyakit malaria adalahb nyamuk. Selama ini kendala terbesar dalam upaya penanggulangn penyakit malaria adalah cara memberantas nyamuk penyebar penyakit ini. Lingkungan yang kotor atau tidak terawat merupakan tempat yang paling ideal untuk perkembang biakan nyamuk. Oleh karena itu, kesdaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit malaria. Gerakan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M (menguras, mengubur dan menutup) perlu di galakkan , tidah hanya jika telah menjadi wabah. Jika pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama dalam penangulangan malaria di harapkan angka penyebaran dan kematian akibat penyakit ini dapat di tekan sehingga generari mendatang dapat hidup dalam kondisi yang baik.

Desa pacalan adalah salah satu desa yang ada di kecamatan magetan kabupaten magetan propinsi jawa timur yang termasuk dlam kategori daerah endemis malaria sedang dengan angka Annual Malaria Incidence (AMI) pada tahun 2002 sebesar 11,2 per 1000 penduduk, dan pada tahun 2003 sebesar 8.2 per 1000 penduduk (Dinkeskab magetan, 2004). Permasalahannya adalah apakah terdapat pengaruh lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap angka kejadian malaria di Kabupaten magetan?.

Dengan latar belakang di atas dengan masah keadaan lingkungan yang memungkinkan terjadinnya malaria maka layak di lakukan penelitian dengan judul” STUDI TENTANG KEDAAN LINGKUNGAN DAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT MALARIA DI DESA PACALAN KEC.MAGETAN”

  1. Rumusan masalah

1. faktor-faktor apakah panyebab terjadinya penyakit malaria di desa pacalan kec.magetan.

  1. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui faktof-faktor penyebab terjadinya malaria

2. Tujuan khusus

a. Mengindentifikasi factor –foktor penyebab terjadinya malaria yang bersumber dari lingkungan.

b. Mengindentifikasi factor –foktor penyebab terjadinya malaria yang bersumber dari pengetahuan masarakat.

c. Memberikan gambaran tentang penyakit malaria di kaitkan dengan factor lingkungan dan pengetahuan masyarakat terhadap penyakit malaria.

Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah menganalisis adanya pengaruh lingkungan dan perilaku masyarakat yang dominant terhadap kejadian malaria di Kabupaten magetan.

  1. Manfaat

1. Bagi penulis

Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang penyakit malaria.

2. Bagi peneliti lain

Dapat sebagai referensi untuk di lakukan penelitian lebih lanjut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

  1. Etiologi penyakit

1. Pengertian penyakit malaria

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk infeksi akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk aseksual, yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anhopeles betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal = buruk dan area = udara atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa – rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme ( Prabowo, 2004 )

Di dunia ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk anopheles, tetapi hanya 60 spesies berperan sebagai vektor malaria alami. Di Indonesia, ditemukan 80 spesies nyamuk anopheles tetapi hanya 16 spesies sebagai vektor malaria ( Prabowo, 2004 ). Ciri nyamuk Anopheles. Relatif sulit membedakannya dengan jenis nyamuk lain, kecuali dengan kaca pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah posisi waktu menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di luar rumah, sesudah menghisap darah nyamuk istirahat di dinding dalam rumah yang gelap, lembab, di bawah meja, tempat tidur atau di bawah dan di belakang lemari(www.Depkes.go.id )

2. Cara Penularan Malaria

Penyakit malaria ditularkan melalui dua cara yaitu secara alamiah dan non alamiah. Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria (Prabowo, 2004 ). Saat menggigit nyamuk mengeluarkan sporosit yang masuk ke peredaran darah tubuh manusia sampai sel – sel hati manusia. Setelah satu sampai dua minggu digigt, parasit kembali masuk ke dalam darah dan mulai menyerang sel darah merah dan mulai memakan haemoglobin yang membawa oksigen dalam darah. Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi plasmodium ini menyebabkan timbulnya gejala demam disertai menggigil dan menyebabkan anemia (Depkes,2003).

Nyamuk Anopheles betina yang menggigit orang sehat, maka parasit itu dipindahkan ke tubuh orang sehat dan jadi sakit. Seorang yang sakit dapat menulari 25 orang sehat sekitarnya dalam waktu musim penularan (3 bulan di mana jumlah nyamuk meningkat)(www.Depkes.go.id )

Penularan non-alamiah terjadi jika bukan melalui gigitan nyamuk anopheles. Beberapa penularan malaria secara non alamiah antara lain : malaria bawaan (Kongenital) adalah malaria pada bayi baru lahir yang ibunya menderita malaria.penularannya terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput yang melindungi plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Gejala pada bayi baru lahir berupa demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga sering menangis dan rewel), pembesaran hati dan limpa, anemia, tidak mau makan atau minum, serta kuning pada kulit dan selaput lendir. Keadaan ini dibedakan dengan infeksi kongenital lainnya. Pembuktian pasti dilakukan dengan deteksi parasit malaria pada darah bayi. Selain itu Transfusion malaria yakni infeksi malaria yang ditularkan melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi malaria, pemakaian jarum suntik secara bersama- sama pada pecandu narkoba atau melalui transplantasi organ. (Prabowo, 2004)

3. Macam - Macam Malaria

Ada 4 jenis penyebab malaria pada manusia antara lain :

1) Plasmodium falcifarum yang sering menjadi malaria cerebral, dengan angka kematian yang tinggi. Infeksi oleh spesies ini menyebabkan parasitemia yang meningkat jauh lebih cepat dibandingkan spesies lain dan merozitnya menginfeksi sel darah merah dari segala umur (baik muda maupun tua). Spesies ini menjadi penyebab 50% malaria di seluruh dunia.

2) Plasmodium vivax . spesies ini cenderung menginfeksi sel – sel darah merah yang muda. (retilkulosit) kira – kira 43% dari kasus malaria di seluruh dunia disebabkan oleh plasmodium vivax.

3) Plasmodium malariae, mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel – sel darah merah yang tua.

4) Plasmodium ovale. Prediksinya terhadap sel – sel darah merah mirip dengan plasmodium vivax (menginfeksi sel – sel darah muda) (Sutisna, 2004)

Ada juga seorang penderita di infeksi lebih dari satu spesies plasmodium secara bersamaan. Hal ini disebut infeksi campuran atau mixed infeksion. Infeksi campuran paling banyak disebabkan oleh dua spesies terutama plasmodium falcifarum dan plasmosium vivax atau plasmodium vivax dan plasmodium malariae. Jarang terjadi infeksi campuran disebabkan oleh plasmodium vivax dan plasmodium malariae. Lebih jarang lagi infeksi campuran oleh tiga spesies sekaligus. Infeksi campuran banyak dijumpai di wilayah yang tingkat penularan malarianya tinggi.

4. Gejala - Gejala Malaria

Gejala–gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan tubuh penderita, jenis plasmodium malaria, serta jumlah parasit yang menginfeksinya. Waktu terjadinya infeksi pertama kali disebut masa inkubasi sedangkan waktu diantara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit malaria dalam darah disebut periode prapaten ditentukan oleh jenis plasmodiumnya.

Tabel 1: Periode Prapaten dan Masa Inkubasi Plasmodium

NO

Jenis Plasmodium

Periode Prapaten Masa Inkubasi

1

2

3

4

P. Falcifarum

P. Vivax

P. Malariae

P. Ovale

11 Hari 9 – 14 Hari

12,2 Hari 12 – 17 Hari

32,7 Hari 18 – 40 Hari

12 Hari 16 – 18 Hari

Umumnya gejala yang disebabkan oleh plasmodium falcifarum lebih berat dan dan lebih akut dibandingkan dengan jenis plasmodium lainnya. Gambaran khas dari penyakit malaria adalah adanya demam periodik, pembesaran limpa, dan anemia (Prabowo, 2004).

1) Demam

Demam pada malaria ditandai dengan adanya paroksisme yang berhubungan dengan perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah. Puncak serangan panas terjadi bersamaan dengan lepasnya merozoit – merozoit ke dalam peredaran darah (proses sporulasi) untuk bebeprapa hari pertama. Serangan demam pada malaria terdiri dari tiga :

a. Stadium dingin

Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari –jari pucat kebiru – biruan (sianotik). Kulitnya kering dan pucat penderita mungkin muntah dan pada anak sering terjadi kejang. Periode ini berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam

b.Stadium demam

Pada stadium ini penderita mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi merah, kulitnya kering dan dirasakan sangat panas seperti terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan sering disertai dengan rasa mual atau muntah – muntah. Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan bisa meningkat sampai 41 0C. Stadium ini berlangsung 2- 4 jam.

c. Stadium berkeringat

Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai membasahi tempat tidur. Namun, suhu badan pada fase ini turun dengan cepat kadang – kadang sampai dibawah normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan pada saat terjaga , ia merasa lemah tetapi tanpa gejala. Penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan seperti biasa. Tetapi sebenarnya penyakit ini masih bersarang. Stadium inu berlangsung selama 2 - 4 jam. (Prabowo, 2004)

2) Pembesaran Limpa

Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis atau menahun. Limpa membengkak dan terasa nyeri.limpa membengkak akibat penyumbatan oleh sel – sel darah merah yang mengandung parasit malaria. Lama – lamakonsistensi limpa menjadi keras karena jaringan ikat pada limpa semakin bertambah. Dengan pengobatan yang baik limpa berangsur normal kembali (Prabowo, 2004).

3) Anemia

Anemia terjadi disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang berlebihan oleh parasit malaria. Selain itu, anemia timbul akibat gangguan pembentukan sel darah merah di sumsum tulang (Prabowo, 2004).

5.Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria

Kemampuan bertahannya penyakit malaria di suatu daerah ditentukan oleh faktor – faktor berikut :

a) Faktor penyebab ( Parasit malaria)

Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria, genus plasmodium. Ciri utama genus plasmodium adalah adanya dua siklus hidup, yaitu :

1) Fase seksual

Siklus dimulai ketika nyamuk anopheles betina menggigit manusia dan memasukan sporozoit yang terdapat pada air liurnya ke dalam aliran darah manusia. Memasuki sel parenkim hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit, disebut fase skizogoni eksoeritrosit karena parasit belum masuk ke dalam sel darah merah.lama fase ini berbeda untuk setiap spesies plasmodium.pada akhir akhir fase ini, hati pecah, merozoit keluar lalu masuk ke dalam aliran darah. Fase eritrosit dimulai saat merozoit dalam darah menyerang sel darah merah dan membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit – skizon- merozoit. Setelah dua sampai tiga generasi merozoit terbentuk lalu sebagian berubah menjadi bentuk seksual

2) Fase aseksual

Saat nyamuk anopheles betina mengisap darah manusia yang mengandung parasit malaria, parasit bentuk seksual masuk ke dalam perut nyamuk. Selanjutnya menjadi mikrogametosit dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet) yang kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Jika ookista pecah ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapaikelenjar air liur nyamuk dan siap ditularkan jika nyamuk menggigit tubuh manusia (Prabowo. 2004 )

b) Faktor inang

Penyakit malaria mempunyai dua inang antara lain :

1) Manusia (intermediate host)

Faktor yang mempengaruhi antara lain : jenis kelamin (pada ibu hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat) imunitas, penghasilan, perumahan, pemakaian kelambu, dan obat anti nyamuk.

2) Nyamuk anopheles (defenitife host)

Nyamuk anopheles betina sebagai vektor penyebab menularnya penyakit malaria. Nyamuk ini membutuhkan genangan air yang tidak mengalir atau yang mengalir perlahan untuk meletakkan telur – telur nya, sebaga tempat untuk berkembang biak. Biasanya aktif mencari darah pada malam hari , ada yang mulai senja sampai tengah malam, ada juga yang mulai tengah malam sampai menjelang pagi hari (Depkes, 1999). Jarak terbangnya tidak lebih dari 0,5 – 3 Km dari tempat perindukan. Umur nyamuk anopheles dewasa di alam bebas belum diketahui tetapi di laboratorium dapat mencapai 3 – 5 minggu. (Prabowo. 2004 )

c) Faktor lingkungan ( Enviroment )

1) Fisik

Suhu sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu, makin panjang masa ekstrinsiknya. Hujan yang berselang dengan panas berhubungan langsung dengan perkembangan larva nyamuk (Depkes, 1999) Air hujan yang menimbulkan genangan air merupakan tempat yang ideal untuk perindukan nyamuk malaria. Dengan bertambahnya tempat perindukan , populasi nyamuk malaria bertambah sehinggah bertambah pula jumlah penularannya. (Prabowo. 2004 )

Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembapan 60 % merupakan batas paling rendah yang memungkinkan untuk nyamuk hidup. Pada kelembapan yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit sehingga meningkatkan penularan malaria ( Harijanto, 2000 )

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda – beda. Ada yang menyukai tempat terbuka dan ada yang hidup di tempat yang teduh maupun di tempat yang terang.

2) Biologi

Tumbuhan semak, sawah yang berteras, pohon bakau, lumut, ganggang merupakan tempat perindukan dan tempat – tempat peristirahatan nyamuk yang baik. Adanya belbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, gambus, nila, mujair mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah (Depkes, 1999)

3) Sosial budaya

Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesadaran masyarakat memberantas malaria

6.Cara Penularan Penyakit Malaria

Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria:

1. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitannyamuk anopheles.

2. Penularan yang tidak alamiah.

a. Malaria bawaan (congenital).

Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.

b. Secara mekanik.

Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularanmelalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernahdilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena denganmenggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).

c. Secara oral (Melalui Mulut).

Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi). Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Kecuali bagisimpanse di Afrika yang dapat terinfeksi oleh Penyakit Malaria, belum diketahui ada hewan lain yang dapat menjadi sumber bagi plasmodia yang biasanya menyerang manusia Infeksi malaria pada waktu yang lalu sengaja dilakukan untuk mengobati penderita neurosifilis yaitu penderita sifilis yang sudah mengalami kelainan pada susunan sarafnya cara ini sekarang tidak pernah lagi dilakukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penularan alamiah seperti adanya gametosit pada penderita, umur nyamuk kontak antara manusia dengan nyamuk dan lain-lain.

7.Penyebaran Malaria

Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (RuBia) dan 32°LS (Argentina). Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter dibawah permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling Juas, mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah tropik.

Plasmodium Falciparum jarang sekali terdapat didaerah yang beriklim dingin Penyakit Malaria hampir sama dengan penyakit Falciparum, meskipun jauh lebih jarang terjadinya.

Plasmodium ovale pada umumnya dijumpai di Afrika dibagian yang beriklim tropik, kadang-kadang dijumpai di Pasifik Barat.

Di Indonesia Penyakit malaria tersebar diseluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit didaerah dengan ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan laut.

Angka kesakitan malaria di pulau Jawa dan Bali dewasa ini (1983) berkisar antara 1-2 per 1000 penduduk, sedangkan di luar Jawa-Bali sepuluh kali lebih besar. Sepcies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium vivax Plasmodium malaria banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur. Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian dan Nusa Tenggara Timur.

8.Pencegahan Penyakit Malaria

Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, atau upaya pencegahan dengan pemberian obat Chloroquine bila mengunjungi daerah endemik malaria.

9.vector penyekit

Di dalam program pemberantasan malaria yang utama dilakukan adalah pemberantasan vektor. Dalam hal ini supaya mendapatkan hasil yang maksimal, perlu didukung oleh data penunjang yang menerangkan tentang seluk-beluk vector yang berperan. Untuk menentukan metode pemberantasan yang tepat guna, perlu diketahui dengan pasti musim penularan serta perilaku vektor yg bersangkutan. Penentuan musim penularan yang tepat perlu didukung oleh data entomologi yang baik dan benar, metode yang dipilih harus sesuai dengan perilaku vektor yang menjadi sasaran. Dalam pemberantasan penyakit malaria sangat erat hubungannya dengan aspek entomologi. Dalam hal ini aspek entomologi menjadi tanggung jawab unit lain diluar unit pemberantasan malaria, maka untuk mencapai basil yang maksimal diperlukan suatu koordinasi yang mantap, serta sinkronisasi program antara unit entomologi dengan unit pemberantasan malaria.

Tujuan kegiatan entomologi untuk menunjang program pemberantasan malaria adalah:

1) Mengetahui Anopheles yang berperan sebagai vektor, atau yang diduga

2) sebagai vektor, disertai dari dasar nyamuk tersebut, misalnya keterangan mengenai musim penularan status kerentanannya terhadap DDT dan beberapa aspek perilakunya. Mengetahui keadaan vektor, kaitannya dengan perubahan lingkungan, baik karena

3) perubahan alamiah maupun karena ulah manusia.

4) Mengetahui hasil upaya pemberantasan vektor.

5) Menemukan cara pemberantasan yang berhasil guna dan berdaya guna.

a. Nyamuk Anopheles

Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari species-species nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan penyakit malaria.

Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria. Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu:

1. Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria yang berat.

2. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina.

3. Plasmodium malaria penyebab malaria quartana.

4. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.

Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax atau P. malariae. Kadang-kadang di jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun hal ini jarang terjadi,. infeksi campuran ini biasanya terjadi terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.

b. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles

Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai tingkatan-tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan tingkatan yang berikutnya terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu :

1. Tingkatan di dalam air.

2. Tingkatan di luar temp at berair (darat/udara).

Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup nyamuk akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah: telur. jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air, maka telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih sangat halus seperti jarum. Dalam pertumbuhannya jentik anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali.

Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh menjadi kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan. Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya.

Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan banya kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat keluarnya dari kepompong.

c. Beberapa Aspek Perilaku (Bionomik) Nyamuk

Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi berupa lisan fisik (musim. kelembaban. angin. matahari, arus air). lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau, gangang vegetasi disekitar tempat perindukan dan musim alami. Sebelum mempelajari aspek perilaku nyamuk atau makhluk hidup lainnya harus disadari bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan biologik selalu ada variasinya. Variasi tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal baik didaerah yang sama maupun berbeda. Perilaku binatang akan mengalami perubahan jika ada rangsangan dari luar. Rangsangan dari luar misalnya perubahan cuaca atau perubahan lingkungan baik yang alami manpun karena ulah manusia.

1. Perilaku Mencari Darah.

Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:

b) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu. Nyamuk anophelespada umumnya aktif mencari darah pada waktu malarn hari. apabila dipelajari dengan teliti. ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang tertentu, ada spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai pagi hari.

c) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat apabila dengan metode yang sama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah maka dari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk, yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik yang lebih senang mencari darah didalam rumah.

d) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas:antropofilik apabila lebih senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu.

e) Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya kawin satu kali selama hidupnya Untuk mempertahankan dan memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species, dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.

2. Perilaku Istirahat.

Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang hinggap di tempat-tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat.

3. Perilaku Berkembang Biak.

Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung (an. Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus). Species yang satu berkembang dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut) misalnya (An.Aconitus) dan seterusnya Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program pemberantasan.

  1. Pengetahuan

1. Pengetahuan masyatakat tentang penyakit malaria

Pengetahuan masyatakat tentang penyakit malaria mempengaruhi pada proses penyebaran penyakit malaria karena masyarakat akan tidak peduli terhada penyakit malaria.

Menurut Notoatmodjo (1993)menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku. Pengetahuan memang merupakan faktor yang penting namun tidak mendasari pada perubahan perilaku kesehatan, walaupun masyarakat tahu tentang malaria belum tentu mereka mau melaksanakannya dalam bentuk upaya pencegahan dan pemberantasan.

Pengetahuan tentang penularan penyakit malaria tidak mengalami kenaikan, kecuali dalam hal cara mengobati penyakit malaria. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang sudah dimiliki oleh masysrakat sebelum intervensi karena sudah merupakan daerah yang telah banyak melakukan upaya penanggulangan penyakit malaria, seperti penyemprotan. Demikian pula dengan pengetahuan tentang pencegahan gigitan nyamuk juga hanya mengalami sedikit perubahan, sebelum intervensi masih cukup banyak masyarakat yang mengusir nyamuk dengan membakar daun kelapa (22.3%), akan tetapi setelah diadakan intervensi angka ini turun walaupun masih ada (10.4%).

Pada awal penelitian sudah terlihat adanya pengetahuan penduduk mengenai malaria, Akan tetapi tidak diikuti dengan tindakan sehari-hari yang sesuai. Mereka tidak melakukan pencegahan karena menganggap malaria merupakan penyakit ringan biasa dan tidak perlu dikhawatirkan. Bahkan mereka mengatakan malaria bukan suatu penyakit karena mereka masih bisa bekerja/sekolah, hal ini karena tingkat pendidikan mereka pada umumnya rendah. Tetapi setelah intervensi, pandangan mereka telah banyak berubah. Masyarakat telah menganggap bahwa penyakit malaria cukup membahayakan dan dapat menyebabkan kesakitan yang menahun

Pengetahuan tentang penularan penyakit malaria tidak mengalami kenaikan, kecuali dalam hal cara mengobati penyakit malaria. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang sudah dimiliki oleh masysrakat sebelum intervensi karena sudah merupakan daerah yang telah banyak melakukan upaya penanggulangan penyakit malaria, seperti penyemprotan. Demikian pula dengan pengetahuan tentang pencegahan gigitan nyamuk juga hanya mengalami sedikit perubahan, sebelum intervensi masih cukup banyak masyarakat yang mengusir nyamuk dengan membakar daun kelapa (22.3%), akan tetapi setelah diadakan intervensi angka ini turun walaupun masih ada (10.4%).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Rogers (1974) dikutip dari Purwanto, (1998) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :

a. Awarenees (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.

b. Interest (merasa tertarik), yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus, disini sikap subyek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.

e. Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahun dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, menyatakan, mengidentifikasi dan sebagainya.

b. Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi riil. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang misalnya dengan menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil. Penelitian dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dengan penggunaan kata kerja membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

e. Sintesis (syntesis)

Suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru misalnya dapat memecahkan, merencanakan, meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penalaran terhadap materi atau obyek. Penalaran ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

Menurut Best (1989) dan Anderson (1990) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan terdiri atas 2 (dua) macam ditinjau dari sifat dan cara penerapannya

a. Pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan mengenai informasi faktual yang pada umumnya bersifat statis normatif dan dapat dijelaskan secara lisan dan verbal. Isi dari pengetahuan ini berupa konsep-konsep dan fakta yang dapat ditularkan kepada orang lain melalui ekspresi lisan atau tulisan. Menurut Evans (1991) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) pengetahuan deklaratif berisi konsep dan fakta yang bersifat verbal dan dapat diuraikan dengan kalimat-kalimat statement (pernyataan) maka ia juga disebut stateable concept and fact, yaitu konsep dan fakta yang dapat dinyatakan melalui ekspresi lisan.

b. Pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan yang mendasari kecakapan atau keterampilan perbuatan jasmani yang cenderung bersifat dinamis.

Menurut Best (1989) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengatakan ditinjau dari sudut informasi dan pengetahuan yang disimpan memori manusia terdiri atas dua macam :

a. Semantic Memory (memori semantik) yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian.

b. Episode memory (memori episodik) yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.

Best (1989) berpendapat bahwa antara item pengetahuan episodik dan item pengetahuan semantik terdapat hubungan yang memungkinkan bergabungnya item memori episodik dan memori semantik.

Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2002).

Tardif (1987) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) seorang ahli psikologi pendidikan mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak memiliki ilmu pengetahuan dan wawasannya semakin luas sehingga proses pengubahan sikap dan tinkah laku akan semakin baik. Reber (1988) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola dalam pengambilan sikap dan tindakan seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang kecenderungan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya akan semakin besar.

Koos (1954) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pengetahuannya dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui proses alamiah manusia setelah ia mengalami, mengamati, menyaksikan dan mengerjakan sesuatu sejak ia lahir sampai dewasa khususnya melalui pendidikan. Sedangkan menurut teori yang dikemukakan oleh Ancok (1981) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) bahwa pengetahuan diperoleh bukan saja melalui pendidikan.

Koentjaraningrat (1977) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengemukakan bahwa meningkatnya tingkat pendidikan seseorang menyebabkan meningkanya kemampuan dalam menyerap pengetahuan. Ngadiarti (1985) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya.

Beker dan Reinke (1994) dikutip dari Muhibbin Syah (2002) mengatakan bahwa tingkat pendidikan sangat relevan dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. Sedangkan menurut teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green mengatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor penentu (predisposing factors)

  1. Lingkungan Buruk dan Penyakit

Kondisi lingkungan berhubungan erat dengan kesehatan manusia. Udara, air, tanah, dan hewan di lingkungan kita dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit. Apalagi jika tidak dikelola dengan baik.

Dinas Kesehatan unit Puskesmas menjelaskan pengertian sehat menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah keadaan yang seimbang baik mental, social, fisik, tanpa adanya kecacatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan di antaranya, pertama faktor agent atau disebut pula faktor penyebab penyakit dimana faktor ini yang menjadi penyebab dari pada adanya penyakit. Kedua faktor host yaitu manusia sebagai objek penyakit. Ketiga adalah faktor lingkungan dimana lingkungan adalah sebagai medianya.

Manusia dalam hal ini sebagai host atau objek dari suatu penyakit. Penyakit didalam manusia sangat dipengaruhi oleh manusia itu sendiri. Bagaimana sikap atau perilaku manusia terhadap lingkungan. Agen yang bisa menyebabkan manusia itu bisa sakit terdiri dari dua macam yang pertama yang ada dalam tubuh manusia itu sendiri misalnya zat kimia indogent dan kedua adalah yang ada diluar tubuh manusia seperti zat kimia eksogent.

Jenis penyakit yang berbasis lingkungan diantaranya pertama yang disebabkan oleh virus diantaranya ISPA, TBC paru, Diare, Polio, Campak, Cacingan, malaria. Kedua yang disebabkan oleh binatang seperti Flu Burung, Pes, Antrax dll. Ketiga yang disebabkan oleh vector nyamuk di antaranya DBD, Chikungunya, Malaria.

“Untuk daerah Kec. Katapang sendiri jenis penyakit yang diakibatkan faktor lingkungan berdasarkan kejadian, yang menjadi tiga ututan terbesar adalah pertama penyakit Ispa, kedua penyakit Diare dan ketiga penyakit Inspeksi TBC Paru” jelas Bapak Fahan dalam diskusi kesehatan di radio komunikasi PASS FM, Rabu, 13 Agustus 2007.

Beberapa faktor penghambat yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit tersebut adalah seperti pertama faktor kesadaran manusia terhadap kepentingan keehatan dan perlakuan terhadap lingkungannya. Kedua faktor kepadatan penduduk yang cukup padat sehingga faktor penyebarannya akan sangat cepat. Ketiga faktor kultur atau kebiasaan atau kepercayaan yang merugikan, misalnya kebiasaan tidak memakan ikan padahal ikan merupakan sumber makanan yang cukup baik.

Dalam upaya pemberantasan atau pencegahan penyakit-penyakit berbasis lingkungan ini harus ditangani secara bersama-sama tidak bisa secara sendiri-sendiri. Maka dari itu diperlukan promosi kesehatan melalui berbagai media, baik cetak, elektronik, ataupun di pertemuan-pertemuan. Pengaturan lingkungan dengan system management lingkungan yang cukup baik diharapkan lingkungan akan sangat mendorong terciptanya lingkungan yang sehat, sehingga tidak menjadi sumber penyakit bagi manusia. Diadakannya perindungan secara khusus misalnya dengan adanya Imunisasi yang dilakukan secara rutin dan konsisten, serta pemulihan dan pelestarian lingkungan hidup.

Lingkungan mempunyai peran yang penting dalam penyebaran malaria lingkungan yang tempat nmyamuk yang sering di jadikan sebagai ntempat bersrangnya adalah biasanya lembab serta ada kubangan air vyang mengenang karena nyamuk penyabab malaria ini siklus hidupnya suka bertelur dan beersarang pada tempat-tempat tersebut. Masyarakat yang kurang memperhatikan sanitasi lingkungannya dapat menyebabkan vector penyakit ini berkembang biak.

a) Lingkungan fisik,

Terdiri dari suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari, arus air dan kadar garam. Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimun berkisar antara 20 dan 30ºC. Makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.

Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk, pada kelembaban lebih tinggi menyebabkan aktifitas nyamuk menjadi lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.

Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. Disamping arah angin sinar matahari juga mempengaruhi pertumbuhan larva nyamuk serta arus air yang deras lebih disukai oleh nyamuk An.minimus, air tergenang disukai nyamuk An.letifer, air yang statis (mengalir lambat) disukai nyamuk An.barbirostris.

1. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:

· Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.

· Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.

· Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

· Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya.

2. pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

adalah kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular malaria (anopheles) di tempat-tempat perkembangbiakannya.(Depkes RI, 2005)

· Cara PSN malaria

PSN DBD dilakukan dengan cara ‘3M’, yaitu :

a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1).

b. Menutup rapat–rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain (M2).

c. Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3).

Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti :

a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali.

b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.

c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan tanah, dan lain-lain).

d. Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air.

e. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air.

f. Memasang kawat kasa.

g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.

h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.

i. Menggunakan kelambu.

j. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.

k. Keseluruhan cara tersebut di atas dikenal dengan istilah ‘3M Plus’.(Depkes RI, 2005).

· Pelaksana PSN DBD

Pelaksana PSN DBD menurut Depkes RI (2005) yaitu :

a. Di rumah

Dilaksanakan oleh anggota keluarga.

b. Tempat-tempat umum

Dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan atau pengelola tempat-tempat umum, seperti :

1) Kantor oleh petugas kebersihan kantor

2) Sekolah oleh petugas kebersihan sekolah

3) Pasar oleh petugas kebersihan pasar

4) Dan lain-lain.

5)

a) Lingkungan biologik,

tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya, serta adanya tambak ikan juga akan mempengaruhi populasi nyamuk.

b) Lingkungan social budaya,

kebiasaan beraktifitas manusia untuk berada di luar rumah sampai tengah malam akan memudahkan nyamuk untuk menggigit, perilaku masyarakat terhadap malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat nyamuk. Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan dan pembangunan pemukiman baru/transmigrasi akan menyebabkan perubahan lingkungan yang menguntungkan malaria (”man-made malaria”) (Harijanto, 2000).

  1. Kerangka Konsep




Gambar I

Kerangka konsep analisa hubungan antara perilaku masyarakat dan keadaan lingkungan fisik terhadap kejadian penyakit malaria

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan penulis adalah penelitian deskriptif yaitu menggambarkan / melukiskan keadaan yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara (Soekidjo, Notoatmojo : 38)

B. Variabel Penelitian

1. Indentifikasi Variabel

Dalam hal ini variabel yang diteliti adalah

a. Kejadian Malaria di Pacalan Kec. Magetan

b. Keadaan Lingkungan

2. definisi Operasional

No

Variabel

Definisi

Kategori

1.

Kejadian Malaria

Suatu kejadian penyakit yang disebabkan virus yang ditularkan oleh nyamuk anopheles

- sakit

- tidak sakit

2.

Keadaan Lingkungan

1. Air

2. Semak

Air merupakan kebutuhan yang mutlak dibutuhkan oleh setiap mahkluk hidup, namun keberadaan air apabila menggenang bisa menjadi sarang nyamuk di sekitar rumah.

Di sekitar rumah-rumah penduduk terdapat tumbuh-tumbuhan pengganggu

- Baik apabila skor ≥ 80 – 100%

- Cukup apabila skor 60 – 79%

- Kurang skornya ≤ 59%

- Baik apabila skor ≥ 80 – 100%

- Cukup apabila skor 60 – 79%

- Kurang skornya ≤ 59%

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Yang dimaksud dalam populasi dalam penelitian ini adalah warga masyarakat desa Pacalan Kec. Magetan yang terjadi wabah penyakit ini.

2. Sampel

a. Besar Sampel

Sebagai dasar penentuan jumlah sampel pada penelitian ini adalah menggunakan yang dikemukakan oleh Dr. Sookidjo Notoadmojo dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Keterangan :

N = Besar populasi

Pada populasi yang ada di desa Pacalan dengan jumlah sebanyak 1725 jiwa, maka dapat diambil sampel dari pengetahuan masyarakt dan keadaan lingkungan sebesar

b. Modul Sampel

Pada penelitian ini teknis pengambilan sampel secara random sampling, teknis ini dipergunakan dengan harapan semua abjek mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.

D. Alur Penelitian




E. Jalan Penelitian

1. Cara pengumpulan data

a. Observasi

Hal ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan secara langsung, sistematis terhadap keadaan lingkungan di desa Pacalan Kec. Magetan.

b. Wawancara

Yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan masyarakat untuk memperoleh informasi dari masyarakat yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan.

c. Studi pustaka

Metode ini digunakan untuk untuk mendapatkan data-data yang lebih jelas melalui teori dalam buku yang digunakan sebagai panduan / acuan serta pegangan sehubungan dengan penulisan ini.

2. Jenis Data

a. Data primer adalah data yang berasal dari berbagai hasil pengamatan lapangan.

b. Data sekunder adalah data yang diambil dari kantor-kantor desa Pacalan Kec. Magetan.

1. Data demografi penduduk

2. Data goegrafi desa

3. Data sosial ekonomi

3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan penelitian berupa :

a. Formulir observasi

b. Koesioner

c. Alat tulis

F. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan berbagai tahap yaitu :

a. Editing

Meneliti data dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut cukup baik untuk proses penelitian selanjutnya.

b. Coding

Yaitu mengklasifikasikan data / jawaban menurut katagorinya masing-masing.

c. Tabulasi

Menyusun data dalam bentuk tabel.

d. Analisa data

Analisa data dengan metode deskriptif yaitu dengan analisa data tabel distribusi dengan cara membandingkan hasil penilaian yang diperoleh dengan standar penilaian.

2. Penilaian observasi

a. Pembobotan

1) Jawaban A diberi nilai 4

2) Jawaban B diberi nilai 3

3) Jawaban C diberi nilai 2

4) Jawaban D diberi nilai 1

b. Penilaian perilaku dan sanitasi lingkungan

1) Nilai

a. Nilai maksimal = nilai tertinggi x jumlah item

= 4 x 10

= 40

b. Nilai minimal = nilai terendah x jumlah item

= 1 x 10

= 10

2) Katagori

a) Baik jika nilai yang diperoleh 30 – 40

b) Cukup jika nilai yang diperoleh 21 – 29

c) Kurang jika nilai yang diperoleh ≤ 20

c. Skor perilaku dan sanitasi lingkungan

1) Skor

a) Skor maksimal =

b) Skor minimal =

2) Kategori

a. Baik jika skor yang diperoleh 80 – 100%

b. Cukup jika skor yang diperoleh 60 – 79

c. Kurang jika skor yang diperoleh ≤ 59%